Kamis, 09 Mei 2013

assesment


Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja.
Atas dasar inilah maka penggunaan asesmen kinerja dari tes kertas dan pensil merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran dan penilaian yang memenuhi standar nasional pendidikan.
Pada dimensi lain, Mansyur (2009) berpendapat bahwa penggunaan penilaian berdasarkan pendekatan konvensional seperti penggunaan tes terstandar layaknya tes tertulis (essay) dan pilihan ganda belum memberikan gambaran yang lengkap /komprehensip tentang kemampuan individu yang dinilai. Oleh karena itu, penilaian kinerja menjadi alternatif untuk mengungkap secara utuh kemampuan individu tersebut dan sangat cocok dterapkan dalam penilaian di kelas.
W.J Pophan ( 1995) , pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya melibatkan pengamatan para guru hanya satu bagian dari suatu perilaku yang kompleks, sedangkan penilaian-penilaian kinerja pada umumnya melibatkan pengamatan atas seluruh perilaku-perilaku yang kompleks. Sebagai tambahan, pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya dilaksanakan sebagai penilaian yang berkembang , sedangkan penimbangan prestasi lebih pada umumnya digunakan sebagai penilaian-penilaian sumatif., dan terkadang kedua jenis penilaian tersebut akan tumpang tindih .
Dari paparan di atas maka asesmen kinerja adalah salah satu alternatif penilaian yang tergolong tradisional. Selama penilaian kinerja, para siswa itu diminta untuk menyelesaikan beberapa aktivitas dan diamati oleh guru dan kadang-kadang guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan dan melengkapi tugasnya. Guru juga memfokuskan penilaian hasil dari aktivitas siswa.
Beberapa karakteristik asesmen kinerja adalah:
a.       menyusun response
b.      pemikiran tingkattinggi
c.       keautentikan
d.      keterpaduan
e.       proses dan produk
f.       kedalaman vs luas namun dangkal (Hibbard, 2000).

v  JENIS-JENIS PENILAIAN KINERJA
Jenis penilaian kinerja dibedakan atas 3 dimensi:
a.       Membedakan antara proses dengan produk
b.      Melibatkan antara pengaturan-pengaturan yang nyata dengan yang tidak nyata.
c.       Melibatkan pengaturan yang tersusun secara alami.
Oosterhof (2001)

v  Tujuh kriteria yang harus diperhatikan yaitu:
a.       Generability, semakin dapat digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain , maka semakin baik tugas tersebut
b.      Authenticity, tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari
c.       Multiple, tugas yang diberikan sudah mengukur lebih darisatu kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
d.      Teachability, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru.
e.       Fairness, tugas yang diberikan harus adil untuk semua peserta tes
f.       Feasibility, harus relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, atau peralatannya.
g.      Scorability, dapat diskor dengan akurat dan reliabel.

v  Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Kinerja
·         Keuntungan yang paling penting dari penilaian kinerja adalah guru dapat secara langsung mengukur ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes (paper and pencil test) Saja. Termasuk pula penilaian ketrampilan-ketrampilan teori tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan ketrampilan-ketrampilan psychomotor
Keuntungan yang kedua dari penilaian kinerja adalah dapat mempengaruhi cara belajar siswa dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi bagaimana siswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih baik.
Keuntungan ketiga dari penilaian kinerja ini adalah guru dapat mengukur proses kinerja siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

·         Kekurangan – kekurangan dalam penilaian kinerja
1.      Masalah dalam instrumen tidak jelas, sukar digunakan
2.      Masalah prosedural: kemampuan terlalu banyak, rata-rata hanya satu orang
3.      Penskoran cederung bias atau subjektif
4.      Waktu penilaian tidak memadai Penilaian kurang obyektif
5.      Kurang andal dalam pemberian angka
6.      Tidak semua siswa mempunyai minat yg sama dalam kegiatan/proses kinerja pada topik tertentu

assesment


Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik di persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan asesmen kinerja menjadi penting dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja.
Atas dasar inilah maka penggunaan asesmen kinerja dari tes kertas dan pensil merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran dan penilaian yang memenuhi standar nasional pendidikan.
Pada dimensi lain, Mansyur (2009) berpendapat bahwa penggunaan penilaian berdasarkan pendekatan konvensional seperti penggunaan tes terstandar layaknya tes tertulis (essay) dan pilihan ganda belum memberikan gambaran yang lengkap /komprehensip tentang kemampuan individu yang dinilai. Oleh karena itu, penilaian kinerja menjadi alternatif untuk mengungkap secara utuh kemampuan individu tersebut dan sangat cocok dterapkan dalam penilaian di kelas.
W.J Pophan ( 1995) , pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya melibatkan pengamatan para guru hanya satu bagian dari suatu perilaku yang kompleks, sedangkan penilaian-penilaian kinerja pada umumnya melibatkan pengamatan atas seluruh perilaku-perilaku yang kompleks. Sebagai tambahan, pengamatan-pengamatan yang informal pada umumnya dilaksanakan sebagai penilaian yang berkembang , sedangkan penimbangan prestasi lebih pada umumnya digunakan sebagai penilaian-penilaian sumatif., dan terkadang kedua jenis penilaian tersebut akan tumpang tindih .
Dari paparan di atas maka asesmen kinerja adalah salah satu alternatif penilaian yang tergolong tradisional. Selama penilaian kinerja, para siswa itu diminta untuk menyelesaikan beberapa aktivitas dan diamati oleh guru dan kadang-kadang guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan dan melengkapi tugasnya. Guru juga memfokuskan penilaian hasil dari aktivitas siswa.
Beberapa karakteristik asesmen kinerja adalah:
a.       menyusun response
b.      pemikiran tingkattinggi
c.       keautentikan
d.      keterpaduan
e.       proses dan produk
f.       kedalaman vs luas namun dangkal (Hibbard, 2000).

v  JENIS-JENIS PENILAIAN KINERJA
Jenis penilaian kinerja dibedakan atas 3 dimensi:
a.       Membedakan antara proses dengan produk
b.      Melibatkan antara pengaturan-pengaturan yang nyata dengan yang tidak nyata.
c.       Melibatkan pengaturan yang tersusun secara alami.
Oosterhof (2001)

v  Tujuh kriteria yang harus diperhatikan yaitu:
a.       Generability, semakin dapat digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain , maka semakin baik tugas tersebut
b.      Authenticity, tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari
c.       Multiple, tugas yang diberikan sudah mengukur lebih darisatu kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
d.      Teachability, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang diajarkan guru.
e.       Fairness, tugas yang diberikan harus adil untuk semua peserta tes
f.       Feasibility, harus relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, atau peralatannya.
g.      Scorability, dapat diskor dengan akurat dan reliabel.

v  Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Kinerja
·         Keuntungan yang paling penting dari penilaian kinerja adalah guru dapat secara langsung mengukur ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes (paper and pencil test) Saja. Termasuk pula penilaian ketrampilan-ketrampilan teori tingkat yang lebih tinggi dan kebanyakan ketrampilan-ketrampilan psychomotor
Keuntungan yang kedua dari penilaian kinerja adalah dapat mempengaruhi cara belajar siswa dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi bagaimana siswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih baik.
Keuntungan ketiga dari penilaian kinerja ini adalah guru dapat mengukur proses kinerja siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

·         Kekurangan – kekurangan dalam penilaian kinerja
1.      Masalah dalam instrumen tidak jelas, sukar digunakan
2.      Masalah prosedural: kemampuan terlalu banyak, rata-rata hanya satu orang
3.      Penskoran cederung bias atau subjektif
4.      Waktu penilaian tidak memadai Penilaian kurang obyektif
5.      Kurang andal dalam pemberian angka
6.      Tidak semua siswa mempunyai minat yg sama dalam kegiatan/proses kinerja pada topik tertentu

Selasa, 23 April 2013

Bahan Ajar


BAHAN AJAR
1.      Pengertian
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
•Pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran.
•Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran.
•Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

2.      Jenis-jenis Bahan ajar
  • Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra penglihatan. Terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
  • Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
  • Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti video compact disk, film.
  • Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
3.      Manfaat Bahan Ajar
 Sedangkan manfaat bahan ajar bagi guru dan siswa adalah:
a)      Efesiensi waktu dalam proses pembelajaran
b)      Mengubah peran guru dari pengajar menjadi fasilitator
c)      Meningkatakan peroses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif

Sedangkan manfaat bahan ajar bagi siswa adalah:
a)      Siswa dapat belajar mandiri
b)      Siswa dapat belajar sesuai dengan yang dikehendaki                        
c)      Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

4.      Cakupan Bahan Ajar
·         Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
·         Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung didalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
·         Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
5.      Urutan Bahan Ajar
Urutan penyajian bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Menurut Darmadi (2009) tanpa urutan yang tepat, jika diantara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi  penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui pendekatan pokok, yaitu pendekatan prosedural dan hierarkis. Urutan materi pembelajaran secara  prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

2.       Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat dimana bahan ajar dapat diperoleh. Menurut Darmadi  (2009) dalam mencari bahan ajar, siswa dapat dilibatkan mencarinya. Sumber-sumber bahan ajar bisa didapat dari buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah), pakar bidang ilmu, profesional, buku kurikulum, penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan, internet, media audiovisual (TV, video, VCD, kaset audio), lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi).

6.      Teknik Penyusunan Bahan Ajar 
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar 
1. Analisis SK-KD-Indikator 
2. Analisis Sumber Belajar 
3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Penyusunan Bahan Ajar Cetak memperhatikan 
1. Susunan tampilan, 
2. Bahasa yang mudah, 
3. Menguji pemahaman, 
4. Stimulan, 
5. Kemudahan dibaca, 
6. Materi instruksional,